Minggu, 23 November 2008

Pengelolaan Kelas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah proses belajar mengajar (PBM). Kualitas belajar siswa serta para lulusan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan PBM tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh fungsi dan peran guru. Pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan PBM. Seringkali muncul berbagai keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa ataupun guru berkaitan dengan pelaksanaan PBM tersebut.

Keluhan-keluhan itu sebenarnya tidak perlu terjadi atau setidak-tidaknya dapat diminimalisasikan, apabila semua pihak dapat berperan, terutama guru sebagai pengelola kelas dalam fungsi yang tepat. Sementara ini pemahaman mengenai pengelolaan kelas dipahami sebagai pengaturan ruangan kelas yang berkaitan dengan sarana seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat mengajar. Padahal pengaturan sarana belajar mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas, artinya bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik.

Pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh guru. Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas (http:akhmadsudrajat. 2008. com)

Dalam pengelolaan kelas ada dua subjek yang memegang peranan yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengelola, sebagai pemimpin mempunyai peranan yang lebih dominan dari siswa. Motivasi kerja guru dan gaya kepemimpinan guru merupakan komponen yang akan ikut menentukan sejauhmana keberhasilan guru dalam mengelola kelas.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba membuat sebuah makalah yang berisi tentang pengelolaan kelas yang dapat digunakan sebagai acuan oleh para kepala sekolah, para guru, praktisi pendidikan agar dapat mencapai keberhasilan KBM yang dilaksanakan di semua jenjang pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian pengelolaan kelas ?

2. Bagaimanakah peran guru sebagai pengelola ?

3. Bagaimana keterampilan mengelola kelas ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian pengelolaan kelas !

2. Untuk mengetahui peran guru sebagai pengelola !

3. Untuk mengetahui keterampilan mengelola kelas !


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Kelas

Salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru, pengajar, trainer atau tutor adalah keterampilan dalam mengelola kelas. Semakin baik keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru atau trainer dalam mengelola kelas maka proses KBM akan berjalan dengan baik dan tujuan akan tercapai. Namun sebaliknya jika seorang guru atau trainer tidak memiliki atau kurang mampu mengelola kelas maka proses KBM tidak akan berjalan dengan baik, dan hal ini berakibat pada ketidaktercapain pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai classroom management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajemen. Pengertian pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian (Surjana, A. 2004, dalam majalah Penabur).

Pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas (http:akhmadsudrajat. 2008. com).

Menurut Surjana, A (dalam majalah Penabur. 2004) pengelolaan kelas didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan atau persiapan mengajar.

Pengertian lain pengelolaan kelas dikemukakan oleh Sanjaya (2008 : 44) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas, seperti yang dikutip dari Mulyasa, E. (2007 : 91) adalah (1) kehangatan dan keantusiasan (2) tantangan (3) bervariasi (5) penekanan pada hal-hal yang positif, dan (6) penanaman disiplin diri.

B. Guru Sebagai Pengelola Kelas

Guru atau trainer sebagai pengelola kelas merupakan orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang yang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul.

Guru atau trainer dalam melakukan tugas mengajar di suatu kelas, perlu merencanakan dan menentukan pengelolaan kelas yang bagaimana yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan belajar siswa atau peserta pelatihan serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut. Menyusun strategi untuk mengantisipasi apabila hambatan dan tantangan muncul agar proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.

Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru atau trainer berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa atau peserta pelatihan.

Menurut Ivor K. Devais, dalam (Sanjaya, W. 2008 : 24) salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Dalam hubungannya dengan pengelolaan pembelajaran, Alvin C. Eurich menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru, seperti yang dikutip dari (Sanjaya, W. 2008 : 24) sebagai berikut :

1. Segala sesuatu yang dipelajari oleh siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri

2. Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing

3. Seorang siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan diberikan reinforcement.

4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti

5. Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar

Lebih lanjut Sanjaya, W menjelaskan (2008 : 24 – 25) dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer, guru memiliki empat fungsi umum, yaitu :

a. Merencanakan tujuan belajar

b. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar

c. Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa

d. Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan

Fungsi-fungsi di atas, dijelaskan masing-masing oleh Sanjaya, W. (2008 : 25-26) sebagai berikut : fungsi perencanaan merupakan fungsi yang sangat penting bagi seorang manajer. Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan diantaranya meliputi memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus kegiatan pembelajaran, menentukan topik-topik yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu, serta menentukan sumber-sumber yang diperlukan.

Fungsi pengorganisasian melibatkan penciptaan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujudkan tujuan program pendidikan yang telah direncanakan. Pengorganisasian, pengaturan sumber-sumber, hanyalah alat atau sarana saja untuk mencapai apa yang harus diselesaikan. Tujuan akhirnya adalah membuat agar siswa dapat bekerja dan belajar bersama-sama.

Fungsi memimpin atau mengarahkan adalah fungsi yang bersifat pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin ini adalah berhubungan dengan membimbing, mendorong, mengawasi murid, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan akhirnya adalah untuk membangkitkan motivasi dan mendorong murid-murid sehingga mereka menerima dan melatih tanggung jawab untuk belajar mandiri.

Fungsi mengawasi bertujuan untuk mengusahakan peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam batas-batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan pengambilan keputusan yang terstruktur, walaupun proses tersebut mungkin sangat kompleks, khususnya bila mengadakan kegiatan remedial.

C. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran (Mulyasa, E. 2007 : 91).

Sudrajat, A. (2008) terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :

1. Masalah individual, meliputi :

§ Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian)

§ Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)

§ Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam)

§ Helplessness (peragaan ketidakmampuan)

Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok

2. Masalah kelompok, diantaranya :

o Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.

o Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya

o Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya

o ”Membombong” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok

o Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap

o Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru

Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen, seperti yang dikutip dari Mulyasa, E. (2007 : 91 -92) sebagai berikut :

1. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal

a. Menunjukan sikap tanggap dengan cara : memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas

b. Membagi perhatian secara visual dan verbal

c. Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran

d. Memberi petunjuk yang jelas

e. Memberi teguran secara bijaksana

f. Memberi penguatan ketika diperlukan

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal

a. Modifikasi perilaku

o Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan

o Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan

o Mengurangi perilaku buruk dengan hukuman

b. Pengelolaan kelompok dengan cara (1) peningkatan kerjasama dan keterlibatan, (2) menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul

c. Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah

· Pengabaian yang direncanakan

· Campur tangan dengan isyarat

· Mengawasi secara ketat

· Mengakui perasaan negatif peserta didik

· Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya

· Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi

· Menyusun kembali program belajar

· Menghilangkan ketegangan dengan humor

· Mengekang secara fisik

Beberapa jenis perilaku yang dapat mengganggu iklim belajar mengajar seperti yang dikutip dari Sanjaya, W (2008 : 44 – 47 ) diuraikan sebagai berikut :

a. Tidak adanya perhatian

Perilaku tersebut biasanya ditunjukkan oleh tindakan-tindakan tertentu misalnya mengobrol ketikan guru sedang menjelaskan atau melakukan aktivitas lain yang tidak ada kaitannya dengan materi pelajaran seperti membaca buku atau majalah, malah sering ditemukan ada siswa yang sengaja menggambar wajah guru yang sedang mengajar.

Perilaku yang ditunjukkan oleh siswa tersebut bersumber dari kurangnya motivasi belajar siswa, yang dapat didorong oleh :

§ Siswa menganggap tidak penting terhadap materi pelajaran yang sedang dibahas

§ Siswa merasa telah memiliki kemampuan dan pemahaman akan materi pelajaran yang sedang dibahas.

§ Siswa merasa bosan atau tidak sesuai dengan pola mengajar yang diterapkan guru

§ Siswa memandang guru kurang menguasai bahan pelajaran yang sedang disajikan

b. Perilaku mengganggu

Perilaku mengganggu bisa dilakukan oleh siswa secara individual atau oleh kelompok siswa. Perilaku ini biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala tingkah laku seperti meniru ucapan atau kalimat guru secara sengaja, mengucapkan kata-kata ’uuuuhhh” manakala ada siswa yang bertanya atau mengeluarkan pendapat, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang semestinya tidak perlu ditanyakan, mencemooh siswa, melakukan gerakan-gerakan fisik yang bersifat mengganggu terhadap siswa lain dan sebagainya.

Perilaku mengganggu dapat muncul dari beberapa faktor, diantaranya :

· Kondisi psikologi siswa ingin diperhatikan atau MPO (mencari perhatian orang)

· Siswa pernah mengalami perlakuan yang tidak mengenakkan dari guru, sehingga secara tidak sadar ia mempunyai perasaan semacam balas dendam

Tehnik-tehnik yang dilakukan dalam pengelolaan kelas untuk menghindari perilaku-perilaku yang dapat mengganggu antara lain :

1. Penciptaan kondisi belajar yang optimal

2. Menunjukkan sikap tanggap

Memberikan kesan tanggap ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :

Ø Memberikan komentar baik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari maupun terhadap perilaku siswa.

Ø Menjaga kontak mata, artinya setiap saat guru perlu memerhatikan siswa melalui pandangan secara terus-menerus.

Ø Gerak mendekat, artinya guru perlu memberi perhatian khusus baik kepada individu maupun kepada kelompok.

c. Memusatkan perhatian

Kondisi belajar mengajar akan dapat dipertahankan manakala selama proses berlangsung guru bisa mempertahankan konsentrasi belajar siswa.

Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan :

v Memberikan ilustrasi-ilustrasi secara visual, misalnya dengan mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan lain tanpa memutuskan kontak pandang baik terhadap kelompok maupun terhadap individu siswa

v Memberikan komentar secara verbal melalui kalimat-kalimat yang segar tanpa keluar dari konteks materi pelajaran yang sedang dibahas.

d. Memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas

Siswa akan belajar dengan perhatian penuh manakala memahami tujuan yang harus dicapai serta mengerti apa yang harus dilakukan.

e. Memberi teguran dan penguatan

Teguran diperlukan sebagai upaya memodifikasi tingkah laku. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menegur diantaranya :

ü Menegur diarahkan kepada siswa yang benar-benar mengganggu kondisi kelas dengan perilaku yang menyimpang

ü Menegur dilakukan secara verbal dengan menghindari peringatan-peringatan yang kasar atau bertedensi menghina atau mengejek.

Sebaiknya penguatan perlu dilakukan kepada siswa yang memberikan respon positif dengan memberikan pujian atau penghargaan baik secara verbal atau komentar-komentar yang wajar maupun melalui isyarat-isyarat yang menyejukkan dan menyenangkan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.

Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru atau trainer berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa atau peserta pelatihan.

Beberapa jenis perilaku yang dapat mengganggu iklim belajar mengajar antara lain : (1) tidak adanya perhatian (2) perilaku mengganggu (3) memusatkan perhatian (4) memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas dan (5) memberi teguran dan penguatan.

Keterampilan mengelola kelas dilakukan dengan cara, antara lain :

  1. Mengelompokkan tingkah laku siswa atau warga belajar
  2. Mengarahkan kegiatan siswa atau warga belajar
  3. Melibatkan partisipasi siswa atau warga belajar dalam proses belajar mengajar
  4. Pemberian tuga dan mengawasinya sesuai dengan kemampuan siswa atau warga belajar
  5. Mengenali kelemahan dan kelebihan siswa atau warga belajar
  6. Merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi
  7. Kegiatan pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Petunjuk Teknis Micro Teaching dalam Proses Pembelajaran Kursus. Jakarta : Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal

http : // Ahmadsudrajat. Wordpress. Com / 2008/01/24/ Tehnik – Pengelolaan – Kelas

Mulyasa. E. 2007. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan) Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Surjana, A. 2004. Efektivitas Pengelolaan Kelas. Dalam Jurnal Pendidikan Penabur. No.02/Th.III/Maret 2004. www. Id. Com

Tidak ada komentar: