Minggu, 23 November 2008

Pengelolaan Kelas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah proses belajar mengajar (PBM). Kualitas belajar siswa serta para lulusan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan PBM tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh fungsi dan peran guru. Pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan PBM. Seringkali muncul berbagai keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa ataupun guru berkaitan dengan pelaksanaan PBM tersebut.

Keluhan-keluhan itu sebenarnya tidak perlu terjadi atau setidak-tidaknya dapat diminimalisasikan, apabila semua pihak dapat berperan, terutama guru sebagai pengelola kelas dalam fungsi yang tepat. Sementara ini pemahaman mengenai pengelolaan kelas dipahami sebagai pengaturan ruangan kelas yang berkaitan dengan sarana seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat mengajar. Padahal pengaturan sarana belajar mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas, artinya bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik.

Pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh guru. Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas (http:akhmadsudrajat. 2008. com)

Dalam pengelolaan kelas ada dua subjek yang memegang peranan yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengelola, sebagai pemimpin mempunyai peranan yang lebih dominan dari siswa. Motivasi kerja guru dan gaya kepemimpinan guru merupakan komponen yang akan ikut menentukan sejauhmana keberhasilan guru dalam mengelola kelas.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba membuat sebuah makalah yang berisi tentang pengelolaan kelas yang dapat digunakan sebagai acuan oleh para kepala sekolah, para guru, praktisi pendidikan agar dapat mencapai keberhasilan KBM yang dilaksanakan di semua jenjang pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian pengelolaan kelas ?

2. Bagaimanakah peran guru sebagai pengelola ?

3. Bagaimana keterampilan mengelola kelas ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian pengelolaan kelas !

2. Untuk mengetahui peran guru sebagai pengelola !

3. Untuk mengetahui keterampilan mengelola kelas !


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Kelas

Salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru, pengajar, trainer atau tutor adalah keterampilan dalam mengelola kelas. Semakin baik keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru atau trainer dalam mengelola kelas maka proses KBM akan berjalan dengan baik dan tujuan akan tercapai. Namun sebaliknya jika seorang guru atau trainer tidak memiliki atau kurang mampu mengelola kelas maka proses KBM tidak akan berjalan dengan baik, dan hal ini berakibat pada ketidaktercapain pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai classroom management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajemen. Pengertian pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian (Surjana, A. 2004, dalam majalah Penabur).

Pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas (http:akhmadsudrajat. 2008. com).

Menurut Surjana, A (dalam majalah Penabur. 2004) pengelolaan kelas didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan atau persiapan mengajar.

Pengertian lain pengelolaan kelas dikemukakan oleh Sanjaya (2008 : 44) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas, seperti yang dikutip dari Mulyasa, E. (2007 : 91) adalah (1) kehangatan dan keantusiasan (2) tantangan (3) bervariasi (5) penekanan pada hal-hal yang positif, dan (6) penanaman disiplin diri.

B. Guru Sebagai Pengelola Kelas

Guru atau trainer sebagai pengelola kelas merupakan orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang yang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul.

Guru atau trainer dalam melakukan tugas mengajar di suatu kelas, perlu merencanakan dan menentukan pengelolaan kelas yang bagaimana yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan belajar siswa atau peserta pelatihan serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut. Menyusun strategi untuk mengantisipasi apabila hambatan dan tantangan muncul agar proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.

Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru atau trainer berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa atau peserta pelatihan.

Menurut Ivor K. Devais, dalam (Sanjaya, W. 2008 : 24) salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Dalam hubungannya dengan pengelolaan pembelajaran, Alvin C. Eurich menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru, seperti yang dikutip dari (Sanjaya, W. 2008 : 24) sebagai berikut :

1. Segala sesuatu yang dipelajari oleh siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri

2. Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing

3. Seorang siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan diberikan reinforcement.

4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti

5. Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar

Lebih lanjut Sanjaya, W menjelaskan (2008 : 24 – 25) dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer, guru memiliki empat fungsi umum, yaitu :

a. Merencanakan tujuan belajar

b. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar

c. Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa

d. Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan

Fungsi-fungsi di atas, dijelaskan masing-masing oleh Sanjaya, W. (2008 : 25-26) sebagai berikut : fungsi perencanaan merupakan fungsi yang sangat penting bagi seorang manajer. Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan diantaranya meliputi memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus kegiatan pembelajaran, menentukan topik-topik yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu, serta menentukan sumber-sumber yang diperlukan.

Fungsi pengorganisasian melibatkan penciptaan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujudkan tujuan program pendidikan yang telah direncanakan. Pengorganisasian, pengaturan sumber-sumber, hanyalah alat atau sarana saja untuk mencapai apa yang harus diselesaikan. Tujuan akhirnya adalah membuat agar siswa dapat bekerja dan belajar bersama-sama.

Fungsi memimpin atau mengarahkan adalah fungsi yang bersifat pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin ini adalah berhubungan dengan membimbing, mendorong, mengawasi murid, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan akhirnya adalah untuk membangkitkan motivasi dan mendorong murid-murid sehingga mereka menerima dan melatih tanggung jawab untuk belajar mandiri.

Fungsi mengawasi bertujuan untuk mengusahakan peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam batas-batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan pengambilan keputusan yang terstruktur, walaupun proses tersebut mungkin sangat kompleks, khususnya bila mengadakan kegiatan remedial.

C. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran (Mulyasa, E. 2007 : 91).

Sudrajat, A. (2008) terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :

1. Masalah individual, meliputi :

§ Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian)

§ Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)

§ Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam)

§ Helplessness (peragaan ketidakmampuan)

Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok

2. Masalah kelompok, diantaranya :

o Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.

o Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya

o Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya

o ”Membombong” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok

o Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap

o Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru

Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen, seperti yang dikutip dari Mulyasa, E. (2007 : 91 -92) sebagai berikut :

1. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal

a. Menunjukan sikap tanggap dengan cara : memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas

b. Membagi perhatian secara visual dan verbal

c. Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran

d. Memberi petunjuk yang jelas

e. Memberi teguran secara bijaksana

f. Memberi penguatan ketika diperlukan

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal

a. Modifikasi perilaku

o Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan

o Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan

o Mengurangi perilaku buruk dengan hukuman

b. Pengelolaan kelompok dengan cara (1) peningkatan kerjasama dan keterlibatan, (2) menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul

c. Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah

· Pengabaian yang direncanakan

· Campur tangan dengan isyarat

· Mengawasi secara ketat

· Mengakui perasaan negatif peserta didik

· Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya

· Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi

· Menyusun kembali program belajar

· Menghilangkan ketegangan dengan humor

· Mengekang secara fisik

Beberapa jenis perilaku yang dapat mengganggu iklim belajar mengajar seperti yang dikutip dari Sanjaya, W (2008 : 44 – 47 ) diuraikan sebagai berikut :

a. Tidak adanya perhatian

Perilaku tersebut biasanya ditunjukkan oleh tindakan-tindakan tertentu misalnya mengobrol ketikan guru sedang menjelaskan atau melakukan aktivitas lain yang tidak ada kaitannya dengan materi pelajaran seperti membaca buku atau majalah, malah sering ditemukan ada siswa yang sengaja menggambar wajah guru yang sedang mengajar.

Perilaku yang ditunjukkan oleh siswa tersebut bersumber dari kurangnya motivasi belajar siswa, yang dapat didorong oleh :

§ Siswa menganggap tidak penting terhadap materi pelajaran yang sedang dibahas

§ Siswa merasa telah memiliki kemampuan dan pemahaman akan materi pelajaran yang sedang dibahas.

§ Siswa merasa bosan atau tidak sesuai dengan pola mengajar yang diterapkan guru

§ Siswa memandang guru kurang menguasai bahan pelajaran yang sedang disajikan

b. Perilaku mengganggu

Perilaku mengganggu bisa dilakukan oleh siswa secara individual atau oleh kelompok siswa. Perilaku ini biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala tingkah laku seperti meniru ucapan atau kalimat guru secara sengaja, mengucapkan kata-kata ’uuuuhhh” manakala ada siswa yang bertanya atau mengeluarkan pendapat, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang semestinya tidak perlu ditanyakan, mencemooh siswa, melakukan gerakan-gerakan fisik yang bersifat mengganggu terhadap siswa lain dan sebagainya.

Perilaku mengganggu dapat muncul dari beberapa faktor, diantaranya :

· Kondisi psikologi siswa ingin diperhatikan atau MPO (mencari perhatian orang)

· Siswa pernah mengalami perlakuan yang tidak mengenakkan dari guru, sehingga secara tidak sadar ia mempunyai perasaan semacam balas dendam

Tehnik-tehnik yang dilakukan dalam pengelolaan kelas untuk menghindari perilaku-perilaku yang dapat mengganggu antara lain :

1. Penciptaan kondisi belajar yang optimal

2. Menunjukkan sikap tanggap

Memberikan kesan tanggap ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :

Ø Memberikan komentar baik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari maupun terhadap perilaku siswa.

Ø Menjaga kontak mata, artinya setiap saat guru perlu memerhatikan siswa melalui pandangan secara terus-menerus.

Ø Gerak mendekat, artinya guru perlu memberi perhatian khusus baik kepada individu maupun kepada kelompok.

c. Memusatkan perhatian

Kondisi belajar mengajar akan dapat dipertahankan manakala selama proses berlangsung guru bisa mempertahankan konsentrasi belajar siswa.

Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan :

v Memberikan ilustrasi-ilustrasi secara visual, misalnya dengan mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan lain tanpa memutuskan kontak pandang baik terhadap kelompok maupun terhadap individu siswa

v Memberikan komentar secara verbal melalui kalimat-kalimat yang segar tanpa keluar dari konteks materi pelajaran yang sedang dibahas.

d. Memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas

Siswa akan belajar dengan perhatian penuh manakala memahami tujuan yang harus dicapai serta mengerti apa yang harus dilakukan.

e. Memberi teguran dan penguatan

Teguran diperlukan sebagai upaya memodifikasi tingkah laku. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menegur diantaranya :

ü Menegur diarahkan kepada siswa yang benar-benar mengganggu kondisi kelas dengan perilaku yang menyimpang

ü Menegur dilakukan secara verbal dengan menghindari peringatan-peringatan yang kasar atau bertedensi menghina atau mengejek.

Sebaiknya penguatan perlu dilakukan kepada siswa yang memberikan respon positif dengan memberikan pujian atau penghargaan baik secara verbal atau komentar-komentar yang wajar maupun melalui isyarat-isyarat yang menyejukkan dan menyenangkan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.

Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru atau trainer berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa atau peserta pelatihan.

Beberapa jenis perilaku yang dapat mengganggu iklim belajar mengajar antara lain : (1) tidak adanya perhatian (2) perilaku mengganggu (3) memusatkan perhatian (4) memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas dan (5) memberi teguran dan penguatan.

Keterampilan mengelola kelas dilakukan dengan cara, antara lain :

  1. Mengelompokkan tingkah laku siswa atau warga belajar
  2. Mengarahkan kegiatan siswa atau warga belajar
  3. Melibatkan partisipasi siswa atau warga belajar dalam proses belajar mengajar
  4. Pemberian tuga dan mengawasinya sesuai dengan kemampuan siswa atau warga belajar
  5. Mengenali kelemahan dan kelebihan siswa atau warga belajar
  6. Merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi
  7. Kegiatan pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Petunjuk Teknis Micro Teaching dalam Proses Pembelajaran Kursus. Jakarta : Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal

http : // Ahmadsudrajat. Wordpress. Com / 2008/01/24/ Tehnik – Pengelolaan – Kelas

Mulyasa. E. 2007. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan) Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Surjana, A. 2004. Efektivitas Pengelolaan Kelas. Dalam Jurnal Pendidikan Penabur. No.02/Th.III/Maret 2004. www. Id. Com

Minggu, 09 November 2008

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

BAB I

LATAR BELAKANG

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ? ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.

Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal, pendidikan kita diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki, dengan kata lain, proses pendidikan kita tidak pernah diarahkan membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif.

Kegagalan-kegalan dalam proses pembelajaran kalau kita kaji lebih lanjut terjadi karena beberapa hal, pertama keterbatasan media pembelajaran, kedua kurangnya profesionalisme guru dalam pembelajaran, ketiga guru kurang memaksimalkan metode-metode yang ada dalam pembelajaran. Sebagaimana kita ketahui bahwa guru merupakan faktor yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan keefektifan pembelajaran agar proses belajar mengajar bisa lebih bermakna dan dapat mencapai hasil yang optimal. Pembelajaran akan sangat efektif dan bermakna jika dengan pembelajaran tersebut, siswa menjadi lebih mudah dalam memahami pelajaran dan dengan pembelajaran itu pula siswa menjadi senang dan termotivasi untuk belajar serta tidak mudah jenuh.

Tantangan seorang guru adalah bagaimana merumuskan suatu metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan suasana siswa agar proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik dan mencapai tujuan. Metode yang digunakan seorang guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan hasil dari proses pembelajaran tersebut. Menurut Hamzah, B. Uno (2007 : 2) metode pembelajaran adalah sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut ia menjabarkan bahwa metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan tehnik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan tehnik yang berbeda.

Pengetahuan tentang metode dan tehnik dalam pembelajaran ini penting bagi guru, agar seorang guru itu dapat menggunakan metode-metode pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, agar dapat menciptakan suatu model pembelajaran yang menyenangkan. Jika seorang guru dapat menciptakan suatu proses pembelajaran dengan menerapkan metode yang menyenangkan maka hasil dari proses pembelajaran tersebut sudah dipastikan akan baik dan memuaskan.

Berbicara mengenai model-model pembelajaran, banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru. Dalam buku ”Models and Teaching” oleh Bruce Joyce and Marsha Weil (1996), sedikitnya terdapat lima rumpun model pembelajaran yaitu (1) rumpun model pemrosesan informasi, (2) rumpun model personal, (3) rumpun model, (4) rumpun model behavioral dan (5) model-model untuk berpikir tentang model-model. Setiap rumpun model-model pembelajaran dari Bruce dan Weil ini terdapat metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan seorang guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi yang dibutuhkan.

Salah satu metode pembelajaran yang termasuk dalam rumpun model pemrosesan informasi adalah metode pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka. Wina Sanjaya (2008 :196) mendefinisikan metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab anatara guru dan siswa.

Sebagai salah satu metode pembelajaran, metode ini merupakan metode yang dianggap baru khususnya di Indonesia. Walaupun merupakan metode yang masih baru namun metode ini sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran karena metode ini mengarahkan siswa bisa menemukan masalah sendiri dan kemudian mampu memecahkan masalah yang ditemukan tersebut secara ilmiah, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Sebagaimana kita ketahui bahwa selama ini tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar mereka yang utama. Akibatnya siswa-siswa kita tidak terbiasa untuk berusaha berpikir ilmiah dan bahkan terlalu pasif sehingga selalu tertinggal dalam segala hal.

Oleh karena itu sebagai guru profesional metode inkuiri ini perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran karena bertujuan membentuk siswa-siswa cerdas, yang mampu berpikir secara ilmiah. Metode ini merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok kita kembangkan saat ini di Indonesia untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pendidikan yang sudah jauh tertinggal dengan negara-negara lain.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Metode Inkuiri

Inquiri berasal dari bahasa inggris ”inquiry”, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka.

Metode inkuri adalah sebuah metode pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran pemrosesan informasi. Menurut B. Joyce and M. Weil (1996 : 187), metode inkuiri adalah sebuah model yang intinya melibatkan siswa ke dalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyeledikan, membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau metode pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Wina Sanjaya (2008 :196) mendefinisikan :

Metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab anatara guru dan siswa.

Sund and Trowbridge (1973; E. Mulyasa, 2007 : 109) mengemukakan ada tiga macam metode inquiry sebagai berikut :

a. Inquiry terpimpin (guide inquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan terutama bagi peserta didik yang belum berpengalaman, guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencaan dibuat guru dan peserta didik tidak merumuskan permasalahan.

b. Inquiry bebas (free inquiry), pada metode ini peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.

c. Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) pada metode ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Metode inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang mampu menciptakan peserta didik yang cerdas dan berwawasan. Dengan metode ini peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan peserta didik memecahkan suatu masalah sendiri. Model ini bertujuan untuk melatih kemampuan peserta didik dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Dalam proses inkuiri guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para peserta didik didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan.

Tujuan utama pembelajaran melalui metode inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.

Menurut Wina Sanjaya (2007 : 196 – 197) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

1. Metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran itu sendiri.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan teknik bertanya, karena dalam proses pembelajaran dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa.

3. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

B. Prinsip-prinsip Penggunaan Inkuiri

Metode inkuiri adalah metode yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Dalam menggunakan metode inkuiri, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap guru, agar metode ini benar-benar mencapai suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Menurut Wina Sanjaya (2007 : 199 – 201) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan seorang guru dalam menggunakan metode inkuiri yaitu :

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Maksudnya adalah dalam model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauhmana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.

b. Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

c. Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam mengembangkan model inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk mejawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan tehnik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekadar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji.

d. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

e. Prinsip keterbukaan

Dalam pembelajaran siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebearan hipotesis yang diajukannya.

Metode inkuiri merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut (E. Mulyasa, 2007 109) :

1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam

2. Merumuskan masalah yang ditemukan

3. merumuskan hipotesis

4. merancang dan melakukan eksperimen

5. mengumpulkan dan menganalisis data

6. menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.

Prinsip-prinsip penggunaan metode inkuri tersebut harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh seorang guru, agar dalam proses pembelajaran dengan metode inkuiri dalam berjalan dengan baik dan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan yaitu menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan berorientasi pada penciptaan siswa yang mampu berpikir kritis dan ilmiah.

C. Prosedur Model Pembelajaran Inkuiri

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat mengkuti langkah-langkah sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2007 : 201 – 205) :

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang penting, keberhasilan model ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah :

· Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

· Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

· Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya :

· Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.

· Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.

· Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran ini mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yag diberikan. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri

Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang tergolong baru di dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Oleh karena itu model pembelajaran inkuiri memiliki beberapa keunggulan dan juga memiliki kelamahan. Seorang guru yang ingin menggunakan model pembelajaran inkuiri harus mengetahui dengan jelas keunggulan dan kelemahan model pembelajaran ini. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang banyak dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain :

a. Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna.

b. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan belajar mereka

c. Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Di samping, memiliki keunggulan, model pembelajaran inkuiri mempunyai kelemahan, antara lain :

a. Jika menggunaka model pembelajaran ini, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran ini sulit diimplementasikan oleh setiap guru

BAB III

KESIMPULAN

Metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Prinsip-prinsip penggunaan model inkuri yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah :

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

b. Prinsip interaksi

c. Prinsip bertanya

d. Prinsip belajar untuk berpikir

e. Prinsip keterbukaan

Model pembelajaran inkuiri dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a. Orientasi

b. Merumuskan masalah

c. Mengajukan hipotesis

d. Mengumpulkan data

e. Menguji hipotesis

f. Merumuskan kesimpulan

Daftar Rujukan

B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta : PT. Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Joyce, Bruce and Weil, Marsha. 1996. Models of Teaching. Boston : Allyn and Bacon

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta : Prenada Media Group

Sutikno, M. Sobry. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna. Mataram : NTP Press